Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Militer Negara Sahabat

30 March 2016

Korea Selatan Menggeser Posisi Cina dan Rusia Sebagai Mitra Pertahanan Utama Indonesia

8:21 PM Posted by Unknown No comments
481543_f09fcd77a9f08b2bbcaa13c13c25eb67
JAKARTA:(DM) - Korea Selatan kini menggeser posisi Cina dan Rusia sebagai mitra utama industri pertahanan Indonesia.
China dan Indonesia pernah meratifikasi perjanjian pertahanan semasa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2007 lalu. Ratifikasi perjanjian tersebut dibuat sebagai payung hukum untuk pertahanan masa depan kedua Negara. Indonesia dan China sepakat untuk meningkatkan kerjasama pertahanan ke tingkat yang lebih tinggi termasuk riset pertahanan, transfer teknologi dan produksi bersama.
Sebuah klausul kerahasiaan dan perlindungan hak kekayaan intelektual di bidang teknologi pertahanan juga termasuk dalam perjanjian, yang menekankan pentingnya kedua negara untuk mematuhi standar tertinggi kerahasiaan.
Apa yang menarik khususnya bagi Indonesia dalam kesepakatan dengan China adalah untuk mengamankan teknologi yang sangat dibutuhkan untuk mengembangkan rudal jarak dekat dan jarak jauh canggih buatan dalam negeri.
Sejak tahun 2013, Indonesia dan China telah sepakat produksi bersama rudal antikapal C-705 untuk Angkatan Laut Indonesia. Namun, perjanjian kerjasama tersebut belum disahkan karena menghadapi berbagai masalah yang menghambat pengembangannya.
Hampir bersamaan, Rusia juga telah mengintensifkan pembicaraan dengan Indonesia, seperti yang ditunjukkan oleh kunjungan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev bulan lalu dan rencana kunjungan Jokowi ke Rusia pada bulan Mei tahun ini.
Selama kunjungan Patrushev, Rusia menawarkan Indonesia untuk membeli sistem persenjataan, termasuk pesawat tempur SU-35, helikopter, kapal selam Kilo dan peluru kendali Club S, kedua Negara juga sepakat untuk melakukan transfer teknologi yang lebih besar.
Indonesia menjalin hubungan mesra dengan China dan Rusia karena pernah merasakan pengalaman pahit embargo persenjataan dari AS dan sekutu-sekutunya, yang menuduh militer Indonesia (TNI) mendalangi serangkaian pembalasan berdarah dan serangan pasca jajak pendapat Timor Timur.
Meskipun embargo sudah dicabut pada tahun 2006, Indonesia masih segan untuk membeli lebih banyak persenjataan dari AS. Kesepakatan senjata terbesar dengan Amerika Serikat setelah tahun 2006 adalah ‘hibah’ 24 pesawat tempur F16 pada 2011, dimana Indonesia masih harus membayar US$ 460 juta untuk perbaikan pesawat.
Korea Selatan yang gigih, tampaknya memanfaatkan kebutuhan pertahanan Indonesia, terutama setelah diberlakukannya UU 2012 Industri Pertahanan yang mengatur pembelian peralatan militer dari luar negeri harus disertai dengan transfer teknologi.
Korea Selatan adalah negara pertama yang memberikan transfer teknologi untuk pembangunan kapal LPD, kapal selam dan jet tempur masa depan. Kesepakatan itu telah memposisikan Korea Selatan sebagai mitra utama pertahanan Indonesia yang terbesar, dan menjadikan Korea Selatan sebagai penyedia utama sistem pertahanan canggih dimasa depan.
Indonesia membeli tiga kapal selam Chang Bogo dari Korea Selatan pada tahun 2012 senilai lebih dari US$ 1 miliar. Sesuai dengan kontrak, dua kapal selam akan dibangun di Korea Selatan, sementara yang ketiga akan dibangun di fasilitas PT PAL di Indonesia.
Beredar berita pada akhir bulan lalu Indonesia terlambat membangun galangan kapal selam di Surabaya, juga muncul laporan teknisi Indonesia belum menerima pelatihan pembangunan kapal selam yang memadai di Korea Selatan. Teknisi dan Insinyur Korea Selatan hanya mengajar dengan demonstrasi, bukan dengan mengikutkan teknisi Indonesia untuk berlatih.
d5ef0-kribandaaceh593
Produksi bersama kapal selam Chang Bogo dikhawatirkan hanya di atas kertas, karena teknisi Indonesia hanya memiliki kemampuan untuk merakit saja, sementara semua bagian kapal selam dan sebagian besar insinyur serta teknisi kemungkinan masih akan didatangkan dari Korea Selatan.
kesepakatan lain kerjasama dengan Korea Selatan adalah proyek bersama produksi pesawat tempur semi-siluman KF-X/IF-X . Indonesia akan memberikan kontribusi sebesar US$ 1.5 miliar, atau 20 persen dari dana yang dibutuhkan untuk pengembangan pesawat, yang dijadwalkan akan mulai di produksi pada tahun 2025.
Korea Selatan bersedia untuk mentransfer 100 persen teknologi KF-X, tetapi belum ada rincian peran spesifik Indonesia dalam produksi pesawat tempur KF-X.
Walau masih ada berbagai kelemahan kerjasama pertahanan dengan Korea Selatan, setidaknya Indonesia sudah mendapatkan banyak ilmu pengembangan peralatan militer yang sangat berharga dari Korea Selatan,
Sebenarnya ada risiko bagi Korea Selatan mentransfer teknologi militer ke Indonesia yang juga dekat dengan China. Komitmen Indonesia untuk melindungi perangkat pertahanan berteknologi tinggi dari Korea Selatan agar tidak jatuh ke tangan negara lainnya akan menjadi ujian kredibilitas bagi Indonesia.
Sekarang tinggal kepada Indonesia agar pandai-pandai memanfaatkan dan ‘mengeruk’ ilmu pengembangan peralatan militer berteknologi tinggi sebanyak-banyaknya dari Korea Selatan, China dan Rusia.
Disarikan dari artikel di Jakarta Post/jkgr

0 komentar:

Post a Comment